Label

adorasi (1) akolit (1) altar (5) ambo (2) anak-anak (1) awam (1) bahasa latin (4) bapa kami (1) berlutut (1) buku (6) busana liturgi (2) cuci tangan (1) devosi (3) diakon (1) dialog (2) dirigen (1) doa damai (1) doa syukur agung (1) doa umat (1) fotografer (1) graduale romanum (1) gregorian (2) hari raya (1) hosti (1) imam (1) intensi misa (1) istilah (1) jalan salib (3) jumat agung (1) jumat pertama (1) kalender liturgi (4) kamis putih (1) karismatik (1) kesaksian (1) kisah sengsara (1) kolekte (2) komuni (3) komuni dua rupa (2) koor (1) kyriale (2) laetare (1) lagu pembuka (1) lamentasi (1) lectionarium (1) lektor (2) litani para kudus (1) liturgi ekaristi (2) liturgi perkawinan (1) liturgi sabda (8) makna liturgi (1) malam natal (1) malam paskah (1) mazmur tanggapan (1) mimbar (1) minggu palma (1) misa anak (1) misdinar (1) missale romanum (2) musik liturgi (6) natal (1) orang kudus (1) ordinarium (2) organ (1) organis (1) paduan suara (3) pakaian misa (1) pantang (1) panti imam (6) partisipasi aktif (1) paskah (1) passio (1) pedupaan (1) pekan suci (3) pelayan sakramen (1) penghormatan salib (1) penyembahan (1) perarakan persembahan (1) perecikan air suci (1) perkawinan (1) perkawinan campur (1) perlengkapan (5) persiapan persembahan (2) pesta (1) petugas liturgi (6) prapaskah (5) prodiakon (3) proprium (2) prostratio (1) puasa (1) putra altar (1) ratapan (1) ritus pembuka (3) rubrik (1) saat hening (1) sakramen (2) sakramen minyak suci (1) sakramen orang sakit (1) sakramentali (1) salam (2) salam damai (1) salib (2) sanctus (1) sekuensia (1) selebran (1) tabernakel (1) tanda salib (1) tarian (1) tata gerak (7) teknologi (1) teks misa (1) terjemahan (6) tiarap (1) TPE 2005 (5) tridentine (2) trihari suci (1) turibulum (1) ujud (1) vesper (1)

Kamis, 20 Januari 2011

KOMUNI, HOSTI

Pertanyaan umat:

Romo Christianus Hendrik. Menurut kawan saya yang berkunjung ke USA, Hosti disana tebal dan lebih besar dari Hosti di Indonesia. Hosti itu bagian dari Liturgi, mengapa tidak seragam?




PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ:

Ya lebih tebal .... besar sih gak selisih banyak.
Yang diatur dalam tata liturgi kita bukan bentuk dan besarannya, tetapi bahan utama dari hosti, yaitu "gandum dan tak beragi".
Bentuk dibuat demi kepraktisannya saja.
Anggur adalah anggur yang sungguh berasal dari buah anggur dan bukan dari rekayasa pabrik.
Variasi bentuk, warna ... tidak utama dan tidak menghalangi keabsahannya.

@Albert: Soal warna, kalau mau cari standar atau cari "lobang aturan" untuk membuat eksperimen???
Banyak aturan GK tidak mengatur sampai hal detail, apalagi untuk hal yang sudah biasa dan diandaikan kita ketahui.
Soal hosti toh tidak boleh sembarang dan setiap orang membuatnya sendiri. Jadi kalau mau cari 'lobang' di sana banyak bisa temukan.

Rumusan simple: adalah gandum murni dan anggur murni (kalau kata asli tidak jelas). Artinya, kalau gandum itu (ada dua type pokok gandum yang putih dan agak abu-abu kemerahan - butek istilah Daniel) warna aslinya putih ya itulah, kalau warnanya butek ya itulah. Ingat untuk roti kita mengadopsi tradisi roti tak beragi Paskah Yahudi. Jaman itu tidak ada waktu untuk memberi dan menunggu reaksi ragi, apalagi pewarna jaman itu belum lazim. ...

Di Jawa dan Sumatera umumnya hosti yang kita pakai diambil dari buatan Suster CB di Yogya, atau Susteran Pacet.
Bentuknya ada yang tebal ada yang tipis, ada yang dengan ornamen timbul salib ada yang polos. Semua sama.
Demikian juga anggur - asli, murni. Warna merah atau putih (red wine atau white wine, vino rosso o vino bianco) tidak masalah. Di Italia ada beberapa tempat yang biasa memproduksi anggur untuk Misa.
Di Indonesia umumnya anggur diimport dari Australia atau Perancis, dan masuk Indonesia dengan tujuan untuk ibadat, sehingga mendapat perlakuan khusus dari pabean dlsb.

NB. Hosti dan anggur ini untuk kepentingan GKR Indonesia dan tidak untuk diperjualbelikan bebas.


Pertanyaan seorang umat:

Salam dari umat Katolik di Malaysia...rasanya perkara ini sering brlaku dlm Gereja, (terutamanya di gereja tmpat saya sering mnghadiri Misa) dmna selepas konsekrasio, imam akn mngeluarkan satu piala besar berisi hostia2 dari Tabernakel utk dibahagi2kan ke dalam piala yg lbh kecil supaya Pelayan Komuni bisa mmberikan Tu...buh Kristus kpd umat...hnya masalahnya dsni...bukankah slpas konsekrasio, roti2 itu bukan lagi roti, mlainkan Tubuh Kristus yg sejati? mata saya nga tahan melihat Tubuh2 Suci itu dipegang2 dan dibagi2kan kdalam piala2 seolah2 itu roti biasa aja...bgmna pndapat pastor ttg prkara ini?


PENCERAHAN DARI PASTOR BERNARD RAHAWARIN PR:
Pada prinsipnya Tubuh dan Darah Kristus yang terkonseklir dalam sebuah Misa sebaiknya 'dikonsumsi' habis. Alasan untuk bisa menyimpan Tubuh Kristus dalam tabernakel setelah sebuah Misa, hanya berhubungan dg 2 hal: 1-untuk kebutuhan adorasi, 2-untuk kebutuhan pastoral (komuni orang sakit dan kebutuhan komuni dari umat di stasi2 yg jauh yg dilayani pelayan non-imaml)


Pertanyaan :

1. mo tanya... wkt terima komuni... hosti yg di berikan ke qt cuman 1/2 bagian bener ga sich???

Komentar 1 :
kita menerima 1/2 hosti adalah sama dg 1 hosti..
karena hosti sendiri melambangkan tubuh Kristus sendiri...
dan yg paling penting adalah kita menghayati apa makna dibalik dr hosti tersebut...
Hosti adalah Tubuh Kristus sendiri yg dikorbankan karena rasa cintanya kepada manusia..dg menerima hosti kita diingatkan untuk tetap mencintai Tuhan dan sesama kita..
mohon maaf jika pendapat saya itu salah atau tidak berkenan..dan mohon koreksinya..

Komentar 2 :

bila memikirkan kembali ttg hal ini (membelah hostia itu kpd setengah bila ia xmncukupi), saya memikirkan ttg satu hal ini...dimanakah Kehormatan kita terhadap Tubuh Suci Tuhan? haruskah kita mematah2kan Tubuh itu hanya kerana ia xmncukupi utk dibagi2kn kpd umat? seolah2 kita mematahkan roti biasa? waduh, klu perkara itu brlaku dihadapan mata saya... See More, sudah pasti sy akan menangis...krna Tubuh Tuhan diperlakukan sedemikian...
mngkin prkara ini jarang brlaku (yakni hostia xmncukupi utk smua umat) namun kita diajarkan supaya menghormati, dgn penuh devosi, Hostia Suci itu...itulah sbbnya, seboleh2nya saya hnya akan mnerima Tubuh Kristus dgn lidah, bukan dgn tapak tngan (kecuali jika keadaan xmngijinkan)...kerana Kesucian Tubuh Kristus itu...



PENCERAHAN DARI PASTOR BERNARD RAWARIN PR:

dear bertiga... hal yang langsung bisa dilihati dari tulisan anda adalah rasa hormat anda akan Tubuh Kristus yg terwujud dalam rupa Roti Kudus. Untuk mengekspresikan rasa hormat tsb, maka biasanya dibuat persiapan sebelum Misa Kudus. Salah satu persiapan adalah memperhitungkan dengan cukup cermat antara jumlah umat yg akan ikut komuni dengan jumlah... See More hosti yang akan dikonseklir. Toh pada akhirnya (kadang) terjadi bahwa jumlah peserta komuni lebih banyak dari Hosti Kudus yang tersedia, maka tidak ada jalan lain selain membagi atas beberapa bagian satu Hosti Kudus (mengingat pentingnya berpartisipasi dalam komuni kudus). Hal ini tidak mengurang essensi dari Tubuh Kristus yang kita sambut. Namun alangkah baiknya bila s


OENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :

a. Sebenarnya entah seberapa pun bentuk fisik (kelihatan) sakramen ekaristi yang kita terima (satu, dua, separo, sepotong kecil) - kita tetap menerima Kristus Tuhan yang adalah satu dan sama.
Jadi adalah kekeliruan akibat pengaruh indrawiah, kalau kita berpikir bahwa kalau menerima 2 potong hostia - lalu berpikir menerima 2 sakkramen atau malah 2 Kristus. Atau sebaliknya menerima separo atau sepotong (karena kondisi real praktis penerima lebih banyak dari pada hosti yang dikonsakrir) lalu berpikir hanya menerima sebagian Kristus, atau malah berpikir menerima sebagian tubuh Kristus, seperti membayangkan mendapatkan sepotong ayam goreng bagian sayap atau paha ...... dst.

b. Bentuk fisik kita menerima satu bulatan adalah persoalan praktis, yang sebenarnya kalau mau menuruti makna liturgis, ya seharus roti (hostia) satu atau beberapa dipotong-potong dibagi-bagikan. Itulah yang dilakukan Kristus "Ia mengambil roti ... membagi-bagikannya kepada para murid ..."
Nah, supaya mempermudah, maka hosti kita telah dipotong-potong dengan cetakan rapi, demi praktis dan estetika. ...

c. Hal yang sama akan berlaku untuk kesan bahwa menerima hosti saja berarti hanya menerima Tubuh Kristus dan tanpa Darah Kristus, sedang kalau terima dengan anggur barulah terima Tubuh dan Darah Kristus.
Rumusan yang benar dipakai istilah menerima SATU atau DUA RUPA, dan bukan TUBUH atau/dan DARAH Kristus.


Pertanyaan umat:

Jika diperhatikan banyak terjadi di berbagai tempat imam memberikan
komuni dua rupa dengan mengijinkan umat mencelup sendiri hosti ke piala, apakah
hal tersebut tepat ?


PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR:

Ttg komuni dua rupa dlm nikah: "Umat tidak diizinkan mengambil sendiri -apalagi meneruskan kepada org lain- Hosti kudus atau Piala Kudus.
Dalam konteks ini hrs DITINGGALKAN juga PENYIMPANGAN di mana KEDUA MEMPELAI SALING MENERIMAKAN KOMUNI dalam Misa Perkawinan." (RS 94).
Salah satu alasan substansial di balik penegasan2 tsb adalah supremasi ... See MoreSakramen Mhkudus. Oleh krn itu Gereja harus menjamin bhw TIDAK BOLEH ada remah2 yg jatuh, atau darah Kristus yg terlanjur menetes ke lantai.

Alasan praktis lain yg pantas diperhatikan: kalau secara tak sengaja ada hosti yg jatuh di lantai, penanganannya mudah: ambil lagi lalu disendirikan, tp bisa saja, sejauh memungkinkan, hosti itu dibagikan lagi kpd umat lain. Kalau Darah Kristus yg menetes bahkan berceceran di lantai? Penanganan jauh lebih


Pertanyaan umat :

tumpang tanya dong.. klo sewaktu komuni (dua rupa)
apakah dibenarkan kita mengambil (secara aktif) tubuh dan darah kristus??
kalau tidak, bagaimanakah cara yang sesuai jika hendak mengadakan komuni dua rupa (terutama dengan darah kristusnya)???? thx



PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :


Tentang komuni dua rupa, diatur dalam PUMR 281-287: isinya komuni dua rupa bisa diterimakan dengan cara penerima minum atau menerima hosti yang dicelupkan. Kedua-duanya penerima tidak mengambil sendiri, tetapi menerima dari pelayan komuni.

286. Kalau Darah Kristus disambut dengan minum dari piala, sesudah menyambut Tubuh Kristus, orang yang menyambut menghadap petugas yang melayani piala, dan berdiri di depannya. Pelayan berkata: "Darah Kristus", penyambut menjawab: "Amin". Lalu pelayan menyerahkan piala kepada penyambut. Penyambut memegang sendiri piala itu dan minum darinya, lalu mengembalikan piala kepada pelayan. Kemudian, penyambut kembali ke tempat duduk, dan sementara itu pelayan membersihkan bibir piala dengan purifikatorium.

287. Kalau komuni-dua-rupa dilaksanakan dengan mencelupkan hosti ke dalam anggur, tiap penyambut, sambil memegang patena di bawah dagu, menghadap imam yang memegang piala. Di samping imam berdiri pelayan yang memegang bejana kudus berisi hosti. Imam mengambil hosti, mencelupkan sebagian ke dalam piala, memperlihatkannya kepada penyambut sambil berkata: "Tubuh dan Darah Kristus". Penyambut menjawab:" Amin", lalu menerima hosti dengan mulut, dan kemudian kembali ke tempat duduk.... See More

Pertanyaan umat:

tp saya sering melihat,jika komuni diberikan dlm dua rupa umat yg mengambil sendiri.dikarenakan kedua tangan pastor berisi jd tdk bisa memberi komuni dr tangan pastor itu sendiri dan tanpa pendamping. jd apakah itu jg dianggap sah atau bagai mn??


PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :

Pelanggaran terhadap aturan demi baik dan layaknya tidak menggagalkan sahnya sakramen. Maka paling banter kita menilai praktik itu sebagai kurang layak. Terapannya: praktik penerimaan komuni dua rupa dengan cara umat mengambil sendiri dan mencelupkan sendiri adalah tidak pas; selayaknya imam tersebut kalau mau memberikan komuni dua rupa ia dibantu ... See Moreatau minta bantuan pelayan lain yang dianggap layak (diakon, akolit, atau imam lain, atau umat yang dianggap layak hanya untuk keperluan itu) untuk membantu memegang sibori, dan imam mengambil hosti dan mencelupkannya ke dalam anggur (Darah Kristus) dalam piala di tangannya, memperlihatkan kepada penerima dengan mengatakan "Tubuh dan Darah Kristus" dan penerima menjawab "Amin", lalu memberikan komuni itu kepada penerima langsung di atas lidah, bukan di atas telapak tangan.


Pertanyaan umat :

mau tanya apakah seorg umat tidak diperkenankan meminta hosti untuk anggota keluarganya yg sedang sakit n tidak bisa k grj?


PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :

Erva,
untuk keperluan seperti itu bisa, tetapi bukan dengan cara minta hosti dan dibawa dan diberikan sendiri, tetapi cukup informasikan kepada pastor paroki atau Dewan Pastoral Paroki tentang pasien atau orang sakit yang membutuhkan kiriman komuni: nama dan tempatnya.
Nanti pastor paroki akan mengatur dan memberitahukan kapan komuni akan ... See Moredikirimkan kepada saudara Erva itu. Pengiriman bisa oleh pastor atau oleh petugas yang mendapat delegasi dari pastor itu.

NB. Di beberapa Rumah Sakit Katolik, pelayanan macam ini biasanya ada, maka tinggal memberitahukan kepada Suster tentang pelayanan komuni bagi yang sakit.

PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR :

Sy setuju dgn tanggapan P. Y. Samiran, dll di atas, bhw komuni dpt diterimakan bg org jompo/ sakit di rumah, lewat imam, prodiakon, atau petugas lain yg didelegasikan sec sah oleh pastr paroki.
Melengkapi jawaban-pastoral tsb, saya kutipkan jawaban-normatif, sbb:
Umat TIDAK diperkenankan mengambil sendiri -apalagi meneruskannya kepada orang lain- ... See Morehosti kudus atau piala kudus (lih. PUMR 160; RS 94).
Tentu ini bukan sekedar prinsip normatif, melainkan mrpk bentuk penghayatan iman Gereja berkenanaan dgn Ekaristi MAHA-kudus. Karena ke-'MAHA'-an itu, maka perlu jg perlakuan yg MAHA-istimewa. Karena itu, dari Sakramen Maha kudus, bahaya profanasi dan penggunaan- salah yg bernuansa magis.



Pertanyaan umat 2 :

Romo, pernah terjadi di Paroki kami... seorang prodiakon membawakan hosti untuk anaknya yg sedang sakit (demam) dan tidak dapat ke gereja. waktu itu saya tidak menanyakan apakah sudah bicara dulu dengan Romo Paroki.. kalau Romo yang jadi Romo Paroki, apakah akan langsung mengijinkan Bapak tersebut membawa hosti bagi anaknya?



PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR:

Ttg prodiakon yg memberi komuni kpd ANAKNYA SENDIRI yg sakit (demam).

Tanpa satupun maksud jelek, saya mengemukakan bbrp point demi pencerahan bersama:
Pertama, karena tugas prodiakonat-nya adalah PELAYANAN GEREJA, bukan tugas pribadi/subyektif, maka secara hakiki tugasnya itu ada dalam kewenangan pastor paroki. Adakah ijin pastor paroki? Ijin pastor paroki mutlak perlu, kecuali bila kpd prodiakon tsb (dan rekan2 sepelayanannya) sdh diberi kewenangan penuh utk mengirim komuni ke siapapun pasien Katolik yg pantas pd kapan saja.
Kedua, karena tugas prodiakonat ini memiliki semacam 'yurisdiksi terbatas' maka apakah syarat2 yurisdiktif-terbatas tsb terpenuhi?... See More
Ketiga, apakah prodiakon tsb membawa komuni kpd pasien (demam) tsb karena pasien itu adalah ANAKNYA ataukah krn org tsb adalah PASIEN? Apakah kpd setiap pasien (demam) akan ia bawakan komuni?


Pertanyaan 1 :

Apakah penerimaan Komuni di tangan sah dalam aturan Gereja?
Bukankah yang layak memegang Hosti Kudus hanyalah uskup/imam/diakon?
Apakah penerimaan Komuni di tangan mrupakan sesuatu yang layak dilakukan?



PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR:

Menurut PUMR, komuni yg hanya dlm rupa ROTI boleh disambut entah dgn lidah, entah dgn tangan (PUMR 161).

Sedangkan, komuni ROTI-ANGGUR untuk umat disambut langsung dgn lidah dari tangan imam (PUMR 287).

Baik menyambut dgn tangan maupun dgn lidah semua membutuhkan 'intentio actualis' (= maksud yg sungguh disadari ketika menyambut bhw yg disambutnya adalah Tuhan Yesus dlm rupa roti [dan anggur]) dan disposisi batin yg memadai. Adapun intentio dan disposisi tsb harus memadai.... See More
Ujung yg penting: pentingnya katekese umat tentang keagungan dan keluhuran Sakramen Ekaristi Maha Kudus.


Pertanyaan umat :

tadi di greja, pada saat diakon membagikan komuni, ada hosti yg jatuh dekat kaki saya. Saya ingin memungut hosti itu, tapi takut salah. jadi saya diam aja, sampe diakonnya yg memungut dan dia simpan ditangan kirinya (tidak disatuin lagi dgn yg lainnya). Sebenarnya apa yg harus saya lakukan? Apakah tindakan diakon tsb sudah benar?


PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :

Tindakan Theresia dan Stephanie Eka, keduanya benar, artinya memang benar bahwa hosti yang dibagikan itu memang benar adalah Tubuh dan Darah Kristus, dan bukan roti biasa lagi. Maka kalau ada hosti jatuh harus diambil, kalau ada anggur yang tercecer dilantai harus dibersihkan dengan air dan dilap dengan baik.
Seharusnya hosti yang jatuh itu tetap dimakan, entah oleh pelayan pemberi (imam atau pro-diakon) atau oleh penerima, seperti yang dilakukan Theresia.

NB. Mungkin diakon(?)nya menyimpan itu di tangan kiri karena merasa tidak enak hati kalau itu diberikan kepada umat, kalau nanti mengganggu perasaan umat karena itu telah jatuh ke lantai sehingga mengganggu perasaan higenis. Kalau begitu seharusnya diakon itu bisa makan saja.
Sayang Stepie tidak menulis lanjut lalu diapakan hosti itu kemudian oleh si diakon setelah selesai pembagian komuni: disatukan dengan yang lain atau dia makan?


PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR

"Oleh konsekrasi terjadilah perubahan hakiki [transubstansiasi] roti dan anggur ke dalam tubuh dan darah Kristus. Di dalam rupa roti dan anggur yg telah dikonsekrir itu, Kristus sendiri, Dia yang hidup dan dimuliakan,... hadir sungguh, nyata dan sec substansial dgn tubuhNYA, darahNYA, jiwaNYA dan kodrat ilahiNYA" (KGK 1413).
Nyata bhw kehadiran Kristus hanya dlm roti dan anggur yg telah dikonsakrir.
Fokus ke roti. Ukuran menjadi tidak penting, yg penting wujud. Entah roti itu besar, entah itu kecil, entah itu remah2 roti, yg penting masih berwujud roti putih-padat, namanya sudah dikonsekrir, tetap saja kehadiran Kristus tetap diimani dan diamini.
Kalau roti yg telah dikonsekrir itu jatuh lalu pembagi komuni (imam, [pro]diakon) hanya memungutnya lalu dipegang dgn tangan kiri, alias diselipkan di antara tangan dan kain/sibori), sambil terus membagikan komuni, maka ada bahaya yg cukup nyata bhw roti yg terkonsekrir itu akan hancur dan jatuh di lantai berkeping2 bagai remah2.
Sbg pembanding, pada setiap akhir komuni, imam/diakon/akolit mengumpulkan remah2 dari sibori/patena ke dalam piala, mencampurkannya dgn air, mngkonsumsinya lalu membersihkan piala, dst, dst.

Sekiranya hakikat roti-ekaristis dipahami dgn baik maka perlakuan yg pantas dan sesuai juga diharapkan dilakukan. Karena itu, adalah suatu kebajikan bila ada umat (yg mungkin tak pernah tersentuh oleh studi teologi) berinisyatif memungut hosti lalu, karena dianggap masih layak dikonsumsi, mengkonsumsinya tanpa ragu.

Pertanyaan umat :

untuk pembelajaran kita bersama yah... bagaimana seharusnya komuni dua rupa itu dilaksanakan yah?



PENCERAHAN DARI PASTOR CHRISTIANUS HENDRIK SCJ :



Sebenarnya menerima komuni dua rupa tidaklah ada yang lebih istimewa dibandingkan dengan menerima hosti 'saja' (satu rupa) karena ketika kita menerima Hosti kudus, kita menerima keAlahan sepenuhnya, yang kita terima adalah tubuh dan darah Kristus seutuhnya sama layaknya menerima dua rupa. Itu sudah dipersatukan dalam kurban kudus di Altar persembahan oleh Imam yang mengkonsakrir/ menyucikan dan menghadirkan Kristus dalam roti dan Anggur.

tetap memperhatikan catatan dari sdri. Elizabeth, kiranya demi alasan praktis dan sejauh memungkinkan, penerimaan komuni dua rupa ini lebih baik kalau dilakukan dalam perayaan2 Ekaristi khusus (dalam retret, misa pasutri, misa pernikahan, kelompok2 khusus yang merayakan Ekaristi untuk event khusus) dan tidak terlalu bersifat 'massal'. Untuk kelompok2 kecil rasanya lebih memungkinkan suasana hikmad dan biasanya umat dipersiapkan dengan lebih baik untuk itu. Rasanya akan repotlah kalau penerimaan dua rupa itu dilakukan pada misa mingguan biasa dengan sekian banyak umat dan waktu terbatas.

Supaya selalu dipastikan bahwa penerimaan komuni dua rupa tersebut sungguh menjaga agar entah hosti atau anggur kudus tidak berceceran atau menetes kemana2...ini bagian yang sulit dan perlu kehati2an; supaya hormat dan penghargaan akan kehadiran Allah yang paling nyata itu tetap dijaga baik dantidak terkesan disia2kan atau disepelekan. Salam hangat dan selamat Paskah!


Pertanyaan umat :

Saya dan istri sering merasa tidak nyaman apakah kami berhak mennyambut...masalahnya selama misa berjalan, anak-anak kami bergantian minta ke kamar mandi untuk buang air kecil, belum lagi kalau rewel. Bagaimana ya mengatasinya ? Kalau sy sih akhirnya (kalau ada waktu), saya akan ikut misa lagi berikutnya (istri tidak ...bisa ikut)...tapi bagaimana dengan istri sy yang memang repot mengurus anak-anak...


PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR :

Tentang KEBINGUNGAN PANTAS-TIDAKNYA MENERIMA KOMUNI KARENA ALASAN TERLALU SIBUK URUS ANAK SELAMA MISA.
Input saya:

Pertama, orang TIDAK BOLEH merasa sedemikian berdosa (karena mengurus anak selama PE) sehingga tidak pergi menerima komuni.
Asalkan dari lubuk hati yg terdalam dia sendiri mmastikan dan yakin bhw kondisi tersebut adalah KONDISI TERBAIK/ MAKSIMAL-nya
Orang harus bertanya kpd diri sendiri, entahkah tindakannya 'masuk-keluar gereja selama PE karena urus anak' merupakan suatu keterpaksaan yg tak boleh ditunda dan sama sekali tak ada jalan lain; entahkah itu merupakan pilihan bebasnya.

Kedua, tentu kondisi maksimal sulit terpenuhi BILA misalnya orang itu SENGAJA MEMPERALAT anak utk kepentingan2 lain yg kurang luhur selama PE (misal: mau santai, merokok, ngrumpi, BB/FB-an, telpon/SMS-an, dst, dst).

Ketiga, memang orang bisa berasionalisasi dgn 1001 alasan utk membenarkan diri, namun di atas segalanya:
tentang kebingungan pantas-tidaknya menerima komuni karena sibuk mengurus anak selama misa, SUARA HATI-mu yg jujur dan terdalam mengatakan apa??

Demikian, salam, Zepto-Triffon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar