Pertanyaan :
Di kantor kami setiap JumPer & Rabu abu mengadakan misa, dimana pada pelaksanaan misa kami gunakan slide ( di Layar melalui infocus) untuk membantu umat dalam bernyanyi+memperhatikan bacaan & doa2. Saya dengar ada aturan yang melarang hal... ini. Karena tata aturan seharusnya umat duduk mendengar & merenungkan bukan membaca. Pantas orang Katolik jarang buka Alkitab ya ? abis ga diijinkan dalam gereja membaca KS. Benarkah aturan tersebut? Jika benar ada di aturan mana? apa alasannya ? Terima kasih atas pencerahannya. GBU
Pencerahan dari Pastor Bernard Rahawarin Pr,
Dalam Pedoman Umum Missale Romanum, ada ungkapan spt: 'duduk/berdiri dan mendengarkan Sabda Tuhan yang diproklamirkan'. Istilah mendengarkan di sini tidak terbatas pada sebuah tindakan fisik, melainkan menunjuk pada sebuah sikap iman, yg jelas lebih dalam artinya. Teks2 doa dan bacaan yg diedarkan justru berperan membantu kita untuk mendengarkan Sabda Tuhan dengan iman.
Teknologi berfungsi untuk membantu pencapaian tujuan perayaan ibadat Sabda, yakni perjumpaan dengan Tuhan dalam Sabdanya. Yang penting dalam ibadat itu adalah Sabda Tuhan dan setiap orang yang beribadat (berdoa, mendengarkan Firman sambil bernyanyi). Jadi absensi sarana infocus dkk tidaklah menjadi alasan dibatalkannya sebuah ibadat. Kan ada Kitab Suci, teks lagu, mata, mulut, telinga dll... Lagi pula sarana teknologi itu janganlah sampai menjadi tujuan utama beribadat
Pencerahan dari Pastor Zepto Pr,
Allah BERSABDA dan umat MENDENGARKAN' . Sy mengutip Pedoman Umum Misale Romanum no. 29: "Bila Alkitab dibacakan dalam Gereja, Allah sendiri yg bersabda. Umat wajib mendengarkannya .... dst"
PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ
Hadirnya sarana praktis dalam ekaristi seperti 'lembaran' atau LCD Projector ... memang lumrah mengundang 'pro' vs 'kontra'. Masing-masing mempunyai alasan untuk mendukung argumentasinya.
a. Ada orang yang mengerti pedoman seperti PUMR no 29 sebagai pedoman hurufiah. Maka sarana baru itu dinilai berlawanan dengan PUMR.
b. Ada yang mengerti PUMR dan sarana baru bukan dua hal yang berlawanan tetapi yang satu sebagai pedoman umum, yang satunya penjabaran praktis dalam dunia real 'kini-sini'.
Menyikapi hal-hal seperti itu secara bijak, sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Sikap Ordinaris WIlayah, dalam hal ini Uskup diocesan setempat. Kalau Uskup mengatakan OK, berarti diijinkan, walau bukan berarti dianjurkan.
b. Hadirnya sarana baru tidak menggantikan sarana konvensional standar, yakni menggantikan Lectionarium di mimbar dengan lembaran. Apalagi imam membaca lembaran dan mengangkat lembaran untuk menyanyikan aklamasi ....
c. Hadirnya sarana baru itu tidak menjadi ukuran maju atau mundurnya suatu paroki atau jemaat atau peribadatan.
d. Sarana baru tidak boleh menjadi pengganggu untuk penghayatan lebih maik, optimal akan rahmat keselamatan yang diwartakan dan ditawarkan dalam ekaristi.
d. petugas-petugas bisa mengoperasikan tanpa mengganggu umat dan tanpa mengganggu fokus umat kepada 'altar'.
Jadi fokus tetap altar dan sakramen ekaristi.
Konsekwensi: setting altar, layar, peralatan, dll .... harus apik dan sinkron atau pas dengan hakekat perayaan Ekaristi.
PENDAPAT AWAM Bp. Sonny Arends
But the use of a screen onto which words are projected for hymns or other texts seems to be contrary to the spirit of the liturgy, because that object become the center of attention, rather than the altar, ambo and chair ....
Tetapi penggunaan layar dimana kata2 diproyeksikan untuk Lagu2 dan teks2 lainnya tampaknya bertentangan dengan semangat ... See Moreliturgi, karena obyek tersebut akan menjadi pusat perhatian bukannya kepada Altar, Ambo dan Pemimpin ...... disini mungkin ada sedikit kerancuan antara menggunakan proyektor dengan himbauan Sri Paus untuk memaksimalkan peran multi media dalam tugas pastoral ..
PENDAPAT AWAM Thomas Rudy
tugas pastoral tidak melulu dalam bidang liturgi, tetapi dalam banyak bidang.... dalam hal ini proyektor atau apapun bisa dipake, misalnya untuk seminar, untuk pendalaman iman or something like that....
dalam bidang liturgi sebaiknya dihindari karena alasan yg cukup jelas itu.....
majalah liturgi KWI pernah mengulas hal ini... intinya membaca kitab suci sementara lektor membaca itu kurang tepat.... karena pada saat ini sabda Allah dimaklumkan (untuk didengar) itu yg bilang paus YOhanes Paulus II
nb: bukan menjauhkan umat dari Kitab Suci, tetapi untuk segala sesuatu ada waktunya: ada waktu untuk membaca ada waktu untuk mendengarkan
Bagi yang suka menuduh bahwa Gereja Katolik menjauhkan umat dari alkitab, dengan bukti bahwa liturgi sendiri tidak menganjurkan umat buka alkitab, saya mau katakan dari Roma 10:17 "iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."
kata kuncinya Pendengaran! bukan membaca langsung haha...
PENCERAHAN DARI PASTOR Yohanes Samiran
Sebenarnya sejauh saya menangkap pesan Paus dan beberapa rekomendasi umum gembala adalah:
a. Teknologi digital - lebih dari pada soal infocus, dan pun dalam penggunaan kalau itu infocus bukan hanya untuk hal yang sebenarnya tidak perlu seperti menayangkan nyanyian yang sebenarnya sudah bisa kita temukan dalam buku nyanyian kita, atau malahan... See More teks Kitab Suci, dengan akibat fokus umat bukan kepada pewartaan dari ambo tetapi malah ke layar.
b. Teknologi digital atau teknologi modern ini adalah "medan strategis" untuk mendukung pewartaan atau sarana mendukung evangelisasi. Maka segala efek yang berlawanan dengan tingkat efektivitas pewartaan dan pengajaran iman atau evangelisasi itu sebaiknya dihindari atau minimal dievaluasi serius.
Janganlah kita hanya "demam trend" lalu apa saja diangkut ke altar dengan akibat bukan menambah rasa khusuk dan khidmat serta hormat atas misteri yang terjadi di altar, tetapi malahan dampak negatif yang muncul.
c. Evangelisasi lebih luas daripada soal liturgi ekaristi.
Kita ini seringkali terlanjur latah, sehingga apa pun yang disebut sebagai hal baru, entah partisipasi umat, entah keterlibatan umat, entah peningkatan peran umat, entah teknologi baru --- semua selalu ditumpukkan ke sekitar ekaristi.
Ekaristi memang puncak, tetapi bukan untuk berbagai eksperimen, justru karena puncak dan luhurnya, maka harus tetap dijaga nilai dan kesakralannya.
Jadi kalau mau mengembangkan hal-hal yang baru dibuka pada abad lalu dan abad ini cobalah jeli dan terbuka melihat peluang di dunia ini untuk lahan itu, mulai dari partisipasi umat dalam idup menggereja sampai evangelisasi baru.
Banyak orang belum tersentuh "pewartaan kristiani" yang benar. Tetapi tidak banyak orang bersedia menembus sekat itu. Sebaliknya ke dalam kita yang sudah terbuka malah seringkali dimatikan dengan macam-macam sikap saling menjatuhkan dan saling mengadili.
Garamilah air tawar yang belum ada rasa asinnya, dan jangan terbalik menggarami lautan.
Nah, internet termasuk dunia digital era baru untuk jaman ini. Berapa prosen umat telah memanfaatkan hal ini untuk mendukung perkembangan iman ke dalam dan pewartaan memperkenalkan iman keluar?
Salam
Blog ini adalah backup dokumen fanpage facebook SEPUTAR LITURGI DAN PERAYAAN EKARISTI GEREJA KATOLIK INDONESIA. Disediakan fasilitas "tag" untuk memudahkan pencarian topik tertentu
Label
adorasi
(1)
akolit
(1)
altar
(5)
ambo
(2)
anak-anak
(1)
awam
(1)
bahasa latin
(4)
bapa kami
(1)
berlutut
(1)
buku
(6)
busana liturgi
(2)
cuci tangan
(1)
devosi
(3)
diakon
(1)
dialog
(2)
dirigen
(1)
doa damai
(1)
doa syukur agung
(1)
doa umat
(1)
fotografer
(1)
graduale romanum
(1)
gregorian
(2)
hari raya
(1)
hosti
(1)
imam
(1)
intensi misa
(1)
istilah
(1)
jalan salib
(3)
jumat agung
(1)
jumat pertama
(1)
kalender liturgi
(4)
kamis putih
(1)
karismatik
(1)
kesaksian
(1)
kisah sengsara
(1)
kolekte
(2)
komuni
(3)
komuni dua rupa
(2)
koor
(1)
kyriale
(2)
laetare
(1)
lagu pembuka
(1)
lamentasi
(1)
lectionarium
(1)
lektor
(2)
litani para kudus
(1)
liturgi ekaristi
(2)
liturgi perkawinan
(1)
liturgi sabda
(8)
makna liturgi
(1)
malam natal
(1)
malam paskah
(1)
mazmur tanggapan
(1)
mimbar
(1)
minggu palma
(1)
misa anak
(1)
misdinar
(1)
missale romanum
(2)
musik liturgi
(6)
natal
(1)
orang kudus
(1)
ordinarium
(2)
organ
(1)
organis
(1)
paduan suara
(3)
pakaian misa
(1)
pantang
(1)
panti imam
(6)
partisipasi aktif
(1)
paskah
(1)
passio
(1)
pedupaan
(1)
pekan suci
(3)
pelayan sakramen
(1)
penghormatan salib
(1)
penyembahan
(1)
perarakan persembahan
(1)
perecikan air suci
(1)
perkawinan
(1)
perkawinan campur
(1)
perlengkapan
(5)
persiapan persembahan
(2)
pesta
(1)
petugas liturgi
(6)
prapaskah
(5)
prodiakon
(3)
proprium
(2)
prostratio
(1)
puasa
(1)
putra altar
(1)
ratapan
(1)
ritus pembuka
(3)
rubrik
(1)
saat hening
(1)
sakramen
(2)
sakramen minyak suci
(1)
sakramen orang sakit
(1)
sakramentali
(1)
salam
(2)
salam damai
(1)
salib
(2)
sanctus
(1)
sekuensia
(1)
selebran
(1)
tabernakel
(1)
tanda salib
(1)
tarian
(1)
tata gerak
(7)
teknologi
(1)
teks misa
(1)
terjemahan
(6)
tiarap
(1)
TPE 2005
(5)
tridentine
(2)
trihari suci
(1)
turibulum
(1)
ujud
(1)
vesper
(1)
Alat dan sarana baru seperti slide proyektor, infokus dan lainya bisa digunakan sejauh memang sangat diperlukan dan sebatas sebagai alat bantu yang tidak mengesampingkan liturgi. Sebaiknya sarana tersebut diatan hanya digunakan untuk menampilkan lagu2 saja agar umat dapat turutserta bernyanyi tetapi jangan dipakai untuk menayangkan bacaan Kitab Suci.
BalasHapus