Label

adorasi (1) akolit (1) altar (5) ambo (2) anak-anak (1) awam (1) bahasa latin (4) bapa kami (1) berlutut (1) buku (6) busana liturgi (2) cuci tangan (1) devosi (3) diakon (1) dialog (2) dirigen (1) doa damai (1) doa syukur agung (1) doa umat (1) fotografer (1) graduale romanum (1) gregorian (2) hari raya (1) hosti (1) imam (1) intensi misa (1) istilah (1) jalan salib (3) jumat agung (1) jumat pertama (1) kalender liturgi (4) kamis putih (1) karismatik (1) kesaksian (1) kisah sengsara (1) kolekte (2) komuni (3) komuni dua rupa (2) koor (1) kyriale (2) laetare (1) lagu pembuka (1) lamentasi (1) lectionarium (1) lektor (2) litani para kudus (1) liturgi ekaristi (2) liturgi perkawinan (1) liturgi sabda (8) makna liturgi (1) malam natal (1) malam paskah (1) mazmur tanggapan (1) mimbar (1) minggu palma (1) misa anak (1) misdinar (1) missale romanum (2) musik liturgi (6) natal (1) orang kudus (1) ordinarium (2) organ (1) organis (1) paduan suara (3) pakaian misa (1) pantang (1) panti imam (6) partisipasi aktif (1) paskah (1) passio (1) pedupaan (1) pekan suci (3) pelayan sakramen (1) penghormatan salib (1) penyembahan (1) perarakan persembahan (1) perecikan air suci (1) perkawinan (1) perkawinan campur (1) perlengkapan (5) persiapan persembahan (2) pesta (1) petugas liturgi (6) prapaskah (5) prodiakon (3) proprium (2) prostratio (1) puasa (1) putra altar (1) ratapan (1) ritus pembuka (3) rubrik (1) saat hening (1) sakramen (2) sakramen minyak suci (1) sakramen orang sakit (1) sakramentali (1) salam (2) salam damai (1) salib (2) sanctus (1) sekuensia (1) selebran (1) tabernakel (1) tanda salib (1) tarian (1) tata gerak (7) teknologi (1) teks misa (1) terjemahan (6) tiarap (1) TPE 2005 (5) tridentine (2) trihari suci (1) turibulum (1) ujud (1) vesper (1)

Minggu, 30 Januari 2011

JUMAT AGUNG

Pertanyaan umat :

Berkah Dalem Romo, mohon informasi: Bolehkah Pembacaan Kisah Sengsara Yesus / Passio pada Misa Minggu Palma dan Ibadat Jumat Agung, di dalamnya diselingi lagu/nyanyian yg sesuai? Adakah ketentuan yg mengaturnya? Terimakasih.




PENCERAHAN DARI PASTOR BERNARD RAHAWARIN PR :

Dalam buku Kisah Sengsara (Mateus, Markus, Lukas & Yohanes) diindikasikan adanya selingan berupa saat hening dan/atau lagu yg sesuai. Selingan 1 pada saat Yesus ditangkap di taman Gezamani; selingan 2 pada saat Yesus dijatuhi hukuman mati oleh Pilatus; selingan 3 pada saat setelah Yesus wafat di salib.

penjelasan saya di atas didasarkan atas buku resmi yang kami gunakan di keuskupan. Kalau masih ragu sebaiknya bapak bisa cek ke komisi liturgi di Keuskupan bapak. Trm kasih

sebetulnya kita tdk perlu bingung dengan perbedaan yang ada sehubungan dengan topik ini. Karena dalam beberapa hal lain kita masih akan menemukan perbedaan antara ritus2 standard dalam buku2 liturgis edisi typica yg diterbitkan Tahta Suci dengan struktur ritus dalam buku2 liturgis yg berlaku pada level Konverensi episkopal atau level diosis. Hal ini akibat dari penyesuaian (inkulturasi) yang dibuat.

Pertanyaan: siapa yg berwewenang melakukan penyesuaian dalam liturgi? Jawab: Tahta Suci, Konferensi Waligereja dan Uskup Diosesan (bdk SC 22). Atas dasar kesadaran inilah maka saya menganjurkan bpk Djoko untuk berkonsultasi ke KomLit Keuskupan.

Contoh perbedaan: Dalam Miessale Romanum (editio typica tertia 2002), pada bacaan kisah sengsara Minggu palma, tidak dicantumkan rubrik tentang selingan (hening/nyanyian yg sesuai). Tapi dalan Tata perayaan Minggu Palma yg diselenggarakan di Basilika Santo Petrus thn 2007, tertera rubrik selingan (saat hening) pada moment setelah Yesus wafat.

PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :

Boleh ....
Karena sebenarnya kan passio sendiri dibawakan dalam bentuk lagu, maka lagu tentu tidak diharamkan dalam hal ini, hanya sekali lagi harus sesuai dan menambah penghayatan umat akan sengsara Tuhan yang sedang direnungkan, dan bukan asal selingan.

Pahami saja selingan sebagai kesempatan merenungkan sabda yang telah didengar melalui bantuan lagu. Ini tidak salah.


Pertanyaan umat :

Mo Samiran .... atau siapa aja deh .. mau tanya dong ... apakah yg membacakan passio MInggu Palma harus laki-laki dan nggak boleh perempuan ? apakah emang ada aturannya makasih ya ... JBU


PENCERAHAN DARI PASTOR zepto pr :

Sdr. Intan Amrin, norma liturgis bhw tugas mbawakan KISAH SENGSARA TUHAN pd Minggu Palma dan Jumat Agung harus oleh LAKI-LAKI hanyalah aturan IMPLISIT, bukan perintah tegas, (lih. FPPC 33 & 66).
Lain halnya dgn PENCUCIAN KAKI pd Kamis Putih yg dgn tegas dikatakan bhw yg dicuci harus KAKI dari PRIA-PRIA TERPILIH (lih. FPPC 51).

Saya kutipkan teks lengkap dari Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis (FPPC) atau Surat Edaran tentang Perayaan Paskah dan Persiapannya.

FPPC 33: Kisah Sengsara Tuhan dibawakan dgn meriah. Dianjurkan untuk membacakan atau menyanyikannya secara tradisional oleh tiga orang, yang mengambil alih peran Kristus, Penginjil dan umat. Harus dibawakan oleh para Diakon atau imam, atau, bila tidak ada, oleh lektor; dalam hal ini peran Kristus dikhususkan bagi imam. Pada pewartaan kisah sengsara ini tidak dinyalakan lilin; dupa, salam bagi umat dan penandaan buku tidak diadakan; hanya para diakon sebelumnya mohon berkat imam, seperti pd Injil.

Tentang norma 'mohon berkat'. Dalam buku "Misa Hari Minggu dan Hari Raya. Buku Umat" Yogya: Kanisius, 1983, Romo Al. Wahjasudibja, Pr, Panitia Liturgi KAS, 'menggunakan' terjemahan yg terlalu meluas dgn menyebut "Bila pembacanya BUKAN IMAM, sebelumnya mohon berkat dulu" [hlm. 393 dan 431]. ... See More
Padahal mnrt FPPC 33, hanya DIAKON saja. Itu berarti, petugas passio yg bukan diakon, seturut norma liturgi, tidak perlu ikut2an mohon berkat.
Sama halnya, petugas2 pembaca Bacaan I, II, Pemazmur, Doa Umat, dll tak perlu pergi ke depan sedelia, mohon berkat pd imam setiap kali sblm menuju mimbar.
Demikian input saya (dan perluasannya). Salam dari Sorong, Papua. Zepto-Triffon Polii.


PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :

Terimakasih, jawaban sudah diberikan oleh pastor Zepto. !00% setuju.


Pertanyaan umat :

1. Romo.saya tanya ttg penciuman salib pd jumat Agung: apa berlutut dulu baru mencium salib?"
2. Sekedar masukan aja. G mana kalo pas JUMAT AGUNG penghormatan Salib nya, umat d minta membawa salib sendiri2. Dan Salib nya tidak boleh salib yg terlalu kecil. Harus Yg ukuran sedang.
3. mau tanya..apa jumat agung mesti pakai pasio yg membosankan..misalnya diganti film atau drama,atau disingkat aja bacaannya boleh gak?toh intinya kan sama..



PENCERAHAN DARI PASTOR YOHANES SAMIRAN SCJ :


Teman-teman sekalian masukan saya :
a. Salib sebaiknya yang disediakan oleh Gereja. Kalau setiap keluarga atau malah setiap orang bawa salib dan harus cukup besar akan repot dan artinya setiap paroki harus menyediakan sekian banyak salib cukup besar untuk dijual. Wah tidak mudah. Kalau sekeluarga satu, berarti duduknya mengelompok per keluarga ..... :-)

b. Sebelum cium salib memang berlutut khidmat. Bahkan dalam tradisi lama, kita berlututnya 3x untuk mengenangkan Yesus yang jatuh 3x dan sekaligus menunjukkan hormat total. (bandingkan banyak ungkapan diulang 3x untuk menunjukkan kesungguhan yang mendalam) ... See More

c. Passio pada Hari Jumat Agung (juga Minggu Palma), tidak boleh diganti dengan peragaan, dramatisasi, dll. Passio adalah Sabda Tuhan, dan untuk Hari Jumat diambil dari Injil Yohanes, maka kalau didramakan, tidak ada bedanya itu drama Injil Yohanes atau Injil Sinoptik lain ....

Sabda Tuhan tidak boleh digantikan oleh bacaan atau pun bentuk ekspresi lain.

Lihat PEDOMAN UMUM MISALE ROMAWI / Institutio Generalis
Missalis Romawi (PUMR) :

24. Untuk sebagian besar, penyerasian-penyerasian itu terbatas pada pemilihan ritus atau teks, yakni pemilihan nyanyian, bacaan, doa, ajakan, dan tata gerak yang lebih sesuai dengan kebutuhan, kesiapan, dan kekhasan jemaat. Pemilihan-pemilihan seperti itu dipercayakan kepada imam yang memimpin perayaan Ekaristi. Namun, imam harus ingat bahwa dia adalah pelayan liturgi kudus, dan bahwa ia sendiri tidak diizinkan menambah, mengurangi, atau mengubah sesuatu dalam perayaan Misa atas kemauannya sendiri.

29. Bila Alkitab dibacakan dalam gereja, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus sendiri mewartakan kabar gembira, sebab Ia hadir dalam sabda itu.
Oleh karena itu, pembacaan Sabda Allah merupakan unsur yang sangat penting dalam liturgi. Umat wajib mendengarkannya dengan penuh hormat. ....

55. Bacaan-bacaan dari Alkitab dan nyanyian-nyanyian tanggapannya merupakan bagian pokok dari Liturgi Sabda, sedangkan homili, syahadat, dan doa umat memperdalam Liturgi Sabda dan menutupnya. Sebab dalam bacaan, yang diuraikan dalam homili, Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya. .....

Redemptionis Sacramentum (RS):
[62.] It is also illicit to omit or to substitute the prescribed biblical readings on one’s own initiative, and especially “to substitute other, non-biblical texts for the readings and responsorial Psalm, which contain the word of God”.

NB. Tentu tidak mudah bagi paroki yang telah menyiapkan Perayaan itu dengan matang, terutama drama Kisang Sengsara.
Drama itu sebaiknya kalau mau ditampilkan, bisa ditampilkan pada pagi hari sekitar jam 10.00-an untuk menggantikan permenungan kita dari "Jalan Salib".

Hal lain yang perlu diperhatikan, bahaya drama masuk dalam liturgi, karena orang akhirnya tergoda untuk memperhatikan tokoh pemeran itu siapa dll, dan juga fokus umat tidak lagi kepada hal liturgis, tetapi seperti sedang "pause" dan nonton "panggung". Hal ini sebenarnya termasuk "pelecehan" liturgi yang tidak perlu terjadi.
Drama dilakukan di balai paroki (hall) atau di tempat lain, silahkan, tetapi untuk diperagakan di atas panti imam, rasanya kurang pas dan membantu pemahaman litrugi yang baik dan benar.

Passio yang panjang, bisa dipersingkat. Dalam bacaan resmi yang tersedia biasanya juga disediakan dua alternatif, yakni versi lengkap (= panjang) atau versi singkat.
Tetapi tetap mengambil passio hari bersangkutan.

Kalau dinyanyikan terlalu panjang, boleh juga dibacakan dengan baik. Boleh dibawakan oleh 3 orang, dan peran Yesus dibawakan oleh imam. ... See More

Yang pokok dan utama: Sabda Tuhan harus diwartakan, dan tidak digantikan atau ditiadakan .......


Pertanyaan umat :

romo mau tanya, menurut romo Harimanto, penghormatan salib pada upacara Jumat Agung tidak lagi dilakukan oleh umat satu persatu, tetapi secara umum dengan cara salib dibawa berkeling oleh petugas dan umat hanya menghormat di tempat duduk saja?


KONFIRMASI DARI ROMO HARIMANTO :

"YANG BENAR : HANYA 1 SALIB DIPAKAI UNTUK PENGHORMATAN. UMAT BOLEH MENCIUM ATAU MENYENTUH. JIKA UMAT BANYAK, MAKA TAK PERLU SEMUA MAJU. PENGHORMATAN PRIBADI BISA DILAKUKAN SETELAH IBADAT. PENGGANDAAN SALIB MELEMAHKAN MAKNA SALIB KRISTUS YANG SATU DAN SAMA. INI AJARAN LAMA, BUKAN BARU."



PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO :

Pendapat tsb BENAR krn sejalan dgn Dokumen Litterae Circulares De Festis Paschalibus et Celebrandis (Surat Edaran ttg Perayaan Paskah dan Persiapannya).

Saya tuliskan isi FPPC 69:
"Salib harus disajikan kepada setiap orang beriman untk dihormati, karena penghormatan pribadi adalah unsur hakiki perayaan ini; hanya bila hadir jemaat yg amat besar, ritus PENGHORMATAN BERSAMA dapat dilaksanakan.
Hanya SATU SALIB disediakan untk dihormati, karena dituntut kesejatian tanda. Pada penghormatan salib dinyanyikan antifon, improperia dan madah, yg mengingatkan sejarah keselamatan dalam bentuk lirik; tetapi dapat jtga diambil nyanyian lain yg sesuai."...


PEMBELAJARAN TENTANG KETENTUAN NORMATIF LITURGI JUMAT AGUNG (OLEH PASTOR ZEPTO PR)


Tentang beberapa ketentuan normatif Liturgi Jumat Agung,
TAHUKAH ANDA.... ?

Pertama. Bahwa seturut tradisi yg dijalankan sejak zaman kuno, pada Jumat Agung Gereja TIDAK MERAYAKAN EKARISTI, jadi tidak ada Doa Syukur Agung dlm perayaan ini. Namun, komuni suci yg dikonsekrir ...pd Kamis Putih diterimakan kepada umat. (Referensi: FPPC 48 dan 59).

Kedua. Bahwa PERAYAAN2 SAKRAMEN pada hari ini DILARANG KERAS, kecuali sakramen tobat dan sakrmn orang sakit (Lih. FPPC 61).

Ketiga. Bahwa Perayaan Sengsara dan Wafat Kristus diadakan pada SIANG MENJELANG jam 15.00 waktu setempat. (Lih. FPPC 63).

Keempat. Bahwa Tata Perayaan Sengsara dan Wafat Kristus yg berasal dari Tradisi-kuno Gereja [yakni: Ibdah Sabda, Penghormatan Salib, Perayaan Komuni] harus diadakan dengan TEPAT dan SETIA dan TAK BOLEH DIUBAH SESUKANYA. (Lih. FPPC 64).


Kelima. Bahwa BACAAN yg tersedia harus DIBACAKAN LENGKAP. (Lih. FPPC 66).

Keenam. Bahwa untuk pengangkatan SALIB, hendaknya dipakai salib yg CUKUP BESAR DAN INDAH. (FPPC 68).

Ketujuh. Bahwa HANYA SATU SALIB yg disediakan untk dihormati demi mempertahankan kesejatian tanda. (Lih. FPPC 69).

Sumber: Litterae Circul...ares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis (Surat Edaran tentang Perayaan Paskah dan Persiapannya), Kongregasi Ibadat Ilahi, Roma, 1988.

Salam, Zepto-Triffon.


Pertanyaan umat :

Rm. Zepto yang terkasih dalam Kristus, aku hendak bertanya, bolehkan saat hening merenungkan wafat Kristus pada saat Kisah Sengsara Tuhan diisi dengan sound effect, rekaman lagu-lagu rohani meriah (aku tidak tahu judulnya, namun jelas itu adalah lagu rohani, bukan lagu liturgis, dan nada serta sifatnya meriah)?
Bolehkah selama ibadat Jumat Agung ini digunakan alat-alat musik mengiringi nyanyian hingga usai?
Dominus vobiscum pater...


PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR :



Sdr. Julius yg baik. Menurut saya, sejauh pemahaman sy ttg norma liturgi Jumat Agung, PERAYAAN Jumat Agung merupakan perayaan KESEDIHAN dan KEHILANGAN yg mendalam. Gereja BERDUKA (bdk. FPPC 65) dan diajak merenungkan SENGSARA Tuhan (Lih. Missale Romanum).

Itu diwujudkan dgn: masuk/keluar imam TIDAK diiringi dgn nyanyian (Lih. FPPC 65); altar dibersihkan/dilucuti (lih. FPPC 71); patung dan salib [masih] diselubungi kain (Lih. FPPC 26) berwarna ungu atau merah (FPPC 57). Kecuali itu, pantang dan puasa diwajibkan pada hari ini (FPPC 60). Banyak bagian dalam upacara ini wajib diselingi/diakhiri dgn keheningan penuh hormat (FPPC 65, 66, 68).

Berdasarkan norma2 itu saja, nyata bahwa JIWA dari PERAYAAN Jumat Agung adalah perayaan
KESEDIHAN bukan KEMERIAHAN.

Tentang penggunaan alat musik, "Dalam Masa Prapaskah TAK DIPERKENANKAN menghias altar dgn bunga-bunga, bunyi alat-alat musik diperkenankan hanya untk mengiringi nyanyian" (FPPC 17).

Namun, tentulah masing2 penanggungjawab liturgi, pastilah mempunyai pertimbangan pastoral tersendiri sesuai konteks umat setempat/semasa tentang apa yg dibutuhkan untuk 'mendukung' penghayatan umat berkenaan dgn misteri yg hendak direnungkan Gereja pd Perayaan Jumat Agung.

Demikian tanggapan saya. Salam.

Pertanyaan umat :

Sesudah Passio meja altar diberi taplak putih dan lilin dari salib yang diarak dari depan gereja. ada artinya?


PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR:

setahu saya, taplak putih itu dipasang saat komuni, jadi sesduah penghormatan salib, dilanjutkan komuni... nah pada saat hendak mulai bapa kami dan sakramen mahakudus yang akan dibagikan diletakkan di altar , altar diberi taplak putih dahulu
Taplak putih dan lilin tsb ditempatkan dalam kaitannya dgn kehadiran 'Tubuh Kristus' yg akan dibagi2 ke umat.


Pertanyaan umat :
Umat katolik banyak yg belum mengerti bahwa Jumat Agung bukanlah Misa, tapi hanya Ibadat. Mohon di perjelas supaya umat jangan salah memahami nya.


PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR :

Sederhananya, kalau MISA maka ada DOA SYUKUR AGUNG. Pada Upacara Jumat Agung tidak ada DSA.


PENCERAHAN DARI BP. VINCENT PAMUNGKAS :

Tidak diperbolehkan ada misa pada Jumat Agung, karena Tuhan wafat. Jadi yg dilakukan adalah peringatan sengsara. Komuni dibagikan, tapi tidak dikonsekrasi hari itu, melainkan pada Kamis Putih.


Pertanyaan umat :
Kalau Jumat Agung apakah harus Pasio yg dinyanyikan atau bisa diganti dengan Tablo?



PENCERAHAN DARI PASTOR ZEPTO PR:
Setahu saya 'KISAH SENGSARA TUHAN' merupakan norma standar dan merupakan bagian UTUH/KONSTITUTIF dari Upacara Jumat Agung, sama seperti 'PEMBACAAN INJIL' dalam misa.
Jadi, tidak bisa digantikan.

Komentar umat :

iya setahu saya juga gitu. tapi ada tuh kmrn umat yg protes ktnya kurang mengena. kyk gak dpt makna nya ktnya


PENCERAHAN DARI BP. AGUS SYAWAL :


Kalau mau mengena maknanya, maka butuh persiapan dari umatnya juga. Liturgi tidak dibuat agar bisa dicocok-cocokkan dengan selera umat supaya mereka tergugah.

Sebaliknya Liturgi adalah sekolah di mana umat mencocokkan diri mereka supaya bisa dibentuk oleh Liturgi.

Kalau kurang mengena, mungkin usaha mempersiapkan diri selama prapaskah dan keakraban dengan Kitab Suci dari umat yang bersangkutan masih kurang....

Dari pihak paroki dan dari pastornya juga mungkin masih perlu jadi pekerjaan rumah untuk memberikan katekese yang berbobot.

Liturgi dan katekese berjalan bergandengan. Yang satu jatuh, yang lain ikut jatuh.

Pertanyaan umat:

Ilustrasi dari photo yang dikirim : Pada saat Ibadat Jumat Agung, pastor bersama prodiakon awam tiarap di depan altar. Mohon pencerahan....



TANGGAPAN PASTOR CHRISTIANUS HENDRIK SCJ :

He he...memang lalu kelihatan lucu kalau para petugas ikut tiarap begitu...dan entah apa yang didoakan/tahu yang didoakan... Untung ga mesdinarnya sekalian...lalu seluruh umat sekalian ikut tiarap...dan tertidur wkwkwkwk.....

Dalam petunjuk perayaan Jumat Agung hanya dikatakan Imam masuk ke gereja dan sesampai di depan altar bertiarap dan berdoa hening, malah biasanya tanpa lagu pengantar seperti layaknya dalam Ekaristi biasa. Juga tidak dikatakan para pengiring atau pembantu Imam ikut dalam ritual bahasa tubuh yang khusus ini; jadi sebaiknya cukup berlutut dan yang penting ikut berdoa dalam hati. Dan memang hari Jumat Agung bukan hari biasa. Itu hari dimana kita mengenangkan dalam ibadat: Kemanusiaan Yesus yang dihancurkan sedalam2nya oleh dosa dan kelemahan kita.

Dengan berdoa hening sambil bertiarap (kalau tidak memungkinkan Imam bisa juga berlutut) Imam mengungkapkan kehadiran Kristus yang "nothing", bahkan 'tak ada rupa padaNya' - seperti diungkap dalam Yesaya. Dan dalam doa itu sikap Imam yang biasanya sebagai pemimpin agung dalam Ekaristi juga perlu menghadirkan dirinya sebagai 'nothing', supaya lebih membantu menghadirkan gambar wajah Allah yang tersalib dan wafat dalam kesengsaraan Yesus di salib. Maka memang akan mengaburkan makna yang mendalam ini kalau umat lain ikut dalam ritual bahasa tubuh liturgis yang khusus ini....

Justru Jumat Agung itu bukan untuk "show of force" bukan? Yesus aja lebih menampilkan diriNya sebagai yang low profil, supaya kita sekalian ikut mati dari kemanuasiaan lama kita pada hari yang hening ini...
Selamat Paskah bpk Soedi, trims atas fotonya yang unik he he..


Pertanyaan umat :

Pada Ibadat Jumat Agung, ada gereja2 yang mewartakan Passio dengan awam berperan sebagai Yesus. Apakah ini diperbolehkan? Bukankah seharusnya yang boleh mengambil bagian menjadi Yesus adalah imam (bahkan petugas passio sebaiknya diakon)? Mohon pencerahannya, terimakasih.

PENCERAHAN DARI BP. DANIEL PANE :

Karena Passio adalah pembacaan Injil, maka idealnya Diakon lah yang melakukannya. Jika tidak ada Diakon maka, Passio dibacakan pada umumnya oleh 2 awam sementara peran Yesus dibawakan oleh seorang Imam (atau kalau ketiga pembacanya adalah Imam juga boleh). Seorang awam jelas tidak diperbolehkan mengambil peran Yesus, karena paling minimal peran itu sebaiknya diberikan kepada Imam/Diakon yang merupakan pewarta Injil yang sesungguhnya dalam Liturgi.

4 komentar:

  1. Selamat pagi, tentang Jumat Agung, maaf Pater saya mau tanya. Kalau di paroki saya yang terjadi adalah seperti ini:
    1. pada saat awal, yang prostasi adalah imam, misdinar, dan lektor dan sudah dari tahun ke tahun seperti itu, dan saya melihat petunjuk keuskupan kami, tidak ada ketentuan tentang hal ini, lalu bagaimana?
    2. pada buku petunjuk keuskupan tidak scr eksplisit dihimbau/ditulis agar jumat agung dilangsungkan tanpa alat musik, sehingga hanya sedikit koor yg menyanyi acapella, sisanya dengan iringan organ layaknya misa biasa. apakah buku petunjuk dari keuskupan tidak komplit? bahkan ada paroki yang menggunakan orchestra pada hari Jumat Agung.
    3. kemudian kala di FPPC kan ditulis hanya 1 salib yang dipakai untuk penghormatan, tapi di buku keuskupan ditulisnya jumlah salib bisa disesuaikan dengan kebutuhan paroki. selama ini misdinar membawa salib2 untuk upacara penyembahan salib
    mohon pencerahan untuk itu semuanya. tks

    BalasHapus
  2. pada jumat agung mengapa tidak diperkenankan memakai iringan/musik? apakah tata cara itu ada dasarnya....terima kasih.

    BalasHapus
  3. Pada saat Jumat Agung, khususnya setelah pasio atau pembacaan kisah sengsara Yesus, dilakukan ratapan (sessuai dgn kebiasaan/ tradisi masyrakat setempat jika ada yg meninggal). Setelah itu, baru dilanjutkan dgn upacara penciuman salib. Mohon penjelasannya, khususnya dokumne gereja (liturgi) yang membicarakan hal ini. terima kasih

    BalasHapus
  4. Mau nanya dong apakah pasio pada jumat agung bisa di nyanyikan lebih dari 3 orang misalnya untuk jawaban wanita atau pilatus. DLL.

    BalasHapus